PROPOSAL
JUDUL
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PROBLEM BASED LEARNING PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 SIAK
KECIL
UMI
SALFIA
1405110476
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
RIAU
OKTOBER
2016
A. JUDUL
PENINGKATAN
HASIL AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 SIAK KECIL
B. LATAR
BELAKANG
Pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, artinya
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran lebih
berorientasi pada aktivitas siswa untuk memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara proposional.
Keaktifan siswa ada yang secara langsung dapat diamati dan ada yang tidak dapat
diamamti secara langsung, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, dan mengumpulkan
data. Kadar keaktifan siswa tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata,
tetapi juga oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional.
Oleh sebab itu, aktif atau tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri
yang mengetahui secara pasti.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara
guru dan siswa beserta unsur yang ada di dalamnya. Guru merupakan faktor yang
paling dominan yang menentukan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran
yang baik, tentu akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Menurut Rusman
(2012: 148) dalam sistem pembelajaran guru dituntut untuk mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat, mampu memilih dan menggunakan fasilitas pembelajaran,
mampu memilih dan menggunakan alat evaluasi, mampu mengelola pembelajaran di
kelas maupun di laboratorium, menguasai materi, dan memahami karakter siswa.
Salah satu tuntutan guru tersebut adalah mampu memilih metode pembelajaran yang
tepat untuk mengajar.
Proses pembelajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa sehingga siswa
memperoleh pemahaman mendalam tentang alam sekitar dan prospek pengembangan
lebih lanjut dapat menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
IPA disekolah seharusnya melibatkan aspek sikap, proses, produk, dan aplikasi,
sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru
kerja ilmuan dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA saat
ini, siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghapal konsep, teori dan
hokum, serta berorientasi pada hafalan. Akibatnya sikap, proses, dan aplikasi
tidak tersentuh dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh dikelas
tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered, guru
hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa menghapal informasi factual.
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa siswa cenderung malas berfikir secara
mandiri.
Masalah utama dalam
pembelajaran di MTS/SMP adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini
tampak dari rata-rata hasil ulangan tengah semester IPA kelas VII yang belum
memenuhi nilai standar KKM. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70. Rendahnya hasil belajar siswa diduga
disebabkan Antara lain karena: (1) rendahnya pemahaman siswa dalam menerima
pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga sulit menjawab
pertanyaan-pertanyaan, (2) belum terjadi suasana aktif dalam diskusi, dan (3)
kurangnya keterlibatan siswa secara langsung. Beberapa siswa menjawab
pertanyaan dengan ragu-ragu, keberanian siswa untuk mengajukan pendapat dan
bertanya juga kurang. Guru juga lebih sering mengajar dengan metode ceramah.
Selain itu, kurangnya fasilitas laboratorium yang menyebabkan jarang melakukan
kegiatan praktikum. Karena jarangnya kegiatan praktikum maka guru hanya mengevaluasi
pada aspek kognitif.
Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa dibutuhkan suatu pembelajaran yang efektif. Salah satu caranya
yaitu dengan menggunakan metode problem based learning yakni metode
pembelajaran yang berbasis teori belajar konstruktivistik yang dikenalkan oleh
John Dewey. Secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan usaha untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Berpikir adalah aktivitas kognitif
tingkat tinggi yang melibatkan asimilasi dan akomodasi berbagai pengetahuan dan
struktur kognitif yang dimiliki siswa untuk memecahkan suatu masalah.
Dalam metode problem based learning, pembelajaran fokus
pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep
yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah dalam memecahkan masalah
tersebut. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif dalam
memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Oleh sebab itu, siswa
tidak hanya memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat
perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan
menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berfikir
kritis. Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat menggunakan metode
problem based learning. Sehingga guru IPA sangat dianjurkan untuk menggunakan
model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.
Selain memiliki keunggulan, metode problem based learning
juga memiliki kelemahan, antara lain ketika siswa merasa bahwa masalah akan
sulit untuk dipecahkan maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba. Tanpa pemahaman
mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang akan mereka pelajari, serta membutuhkan waktu
cukup lama untuk persiapan.
Berdasarkan keunggulan yang dimiliki metode problem based
learning, maka metode ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
tindakan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Meskipun
metode problem based learning memiliki kekurangan, tetapi hal tersebut hanya
berdampak sangat kecil dalam meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, tindakan yang diberikan pada kelas yang akan
ditingkatkan aktivitas belajar dan hasil belajarnya adalah berupa penerapan
metode problem based learning.
Maka dari itu peneliti mengajukan judul “peningkatan
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran problem
based learning” pada mata pelajaran IPA SMP kelas VII dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah melakukan
penelitian tentang bagaimana upaya peningkatkan hasil belajar fisika dengan
metode problem based learning pada siswa kelas VII semester I SMP/MTS pada mata
pelajaran IPA
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui apakah metode problem based learning dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa kelas VIIA semester I SMP/MTs pada mata pelajaran IPA.
2. Untuk
mengetahui apakah metode problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIIA semester I SMP/MTS pada mata pelajaran IPA.
C. RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut diatas,rumusan
masalah yang diangkat dalam
penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah
ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan problem based
leaning pada mata pelajaran IPA kelas VII SMP/MTS?
2. Apakah
ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode problem based
learning pada mata pelajaran IPA kelas VII SMP/MTS?
D. TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan yang imgin dicapai dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui
Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan problem based
leaning pada mata pelajaran IPA kelas VII SMP/MTS
2. Mengetahui
Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode problem
based learning pada mata pelajaran IPA kelas VII SMP/MTS
E. MANFAAT
PENULISAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi
guru dapat menjadi bahan masukan bagi perencanaan pembelajaran mengenai
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode problem
based learning disekolah menengah pertama pada mata pelajaran IPA yang layak di
terapkan di Indonesia.
b. Bagi
penelitian selanjutnya dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
penelitian-penelitian sejenis yang telah ada yang dapat dijadikan perbandingan
dengan penelitian-penelitian berikutnya.
c. Hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan di SMP/MTS
terutama dalam rangka memberikan solusi untuk perencanaan pembelajaran dalam
peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.
d. Bagi
peneliti, sebagai bekal kelak apabila menjadi guru mata pelajaran IPA pada
sekolah menengah pertama terkait bagaimana cara meningkatkan aktivitas belajar
dan hasil belajar siswa yang masih rendah
F. DEFINISI
OPERASIONAL
Problem Based Learning (PBL)
merupakan pendekatan yang efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir
tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya
belajar bagaimana belajar. Menurut Santyasa (dalam Ghofur: 2013), Problem
Based Learning (PBL) merupakan suatu strategi atau pendekatan yang
dirancang untuk membantu proses belajar sesuai dengan langkah-langkah yang
terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana,
pemecahan, dan penilaian yang melekat pada setiap tahap. Problem Based
Learning (PBL) tidak disusun untuk membantu guru dalam menyampaikan banyak
informasi tetapi guru sebagai penyaji masalah, pengaju pertanyaan, dan
fasilitator.
Menurut Saryantono (2013), Problem Based Learning
(PBL) dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar efektif,
perilaku kerjasama dan menghargai keanekaragaman di masyarakat. Dalam
pembelajaran, guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu
sistem sosial yang memiliki ciri demokrasi dan proses ilmiah. Problem Based Learning
(PBL) merupakan jawaban terhadap praktik pembelajaran kompetensi serta merespon
perkembangan dinamika sosial masyarakat. Dengan demikian, pendekatan Problem
Based Learning (PBL) memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah
dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir
kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Menurut Arends (2008:41), PBL merupakan pembelajaran
yang memiliki esensi berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang
autentik dan bermakna ke-pada siswa. Sebagai tambahan, dalam PBL peran guru
adalah menyodorkan berbagai ma-salah autentik sehingga jelas bahwa dituntut
keaktifan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Setelah masalah
diperoleh maka selanjutnya melakukan perumusan ma-salah, dari masalah masalah
tersebut kemu-dian dipecahkan secara bersama sama dengan didiskusikan. Saat
pemecahan masalah ter-sebut akan terjadi pertukaran informasi antara siswa yang
satu dengan yang lainnya sehingga permasalahan yang telah dirumuskan dapat
terpecahkan. Sumber informasi tidak hanya dari guru akan tetapi dapat dari
berbagai sumber. Guru disini berperan sebagai fasili-tator untuk mengarahkan
permasalahan se-hingga saat diskusi tetap fokus pada tujuan pencapaian
kompetensi.
Jadi PBL adalah pemberian masalah yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari kepada siswa kemudian siswa secara ber-kelompok
mencari alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu
“aktivitas” dan “belajar”. Menurut Depdiknas (2007: 23) dinyatakan bahwa
aktivitas berarti kegiatan atau kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan. Menurut Mulyono (dalam
Chaniago 2010: 1) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala
sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Sedangkan menurut Sriyono (dalam
Chaniago: 2010: 1) menyatakan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar.
Menurut suprijono (2012 : 5), hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan keterampilan. Selanjutnya supraktiknya (2012 : 5) mengemukakan bahwa hasil
belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang
diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar mengajar tentang mata
pelajaran tertentu. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan
mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari bloom yang secara garis besar yaitu
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Hasil belajar merupakan representasi
pencapaian kompetensi siswa yang nantinya digunakan siswa untuk masuk ke dunia
kerja. Sehingga pemilihan metode PBL diharapkan mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Dengan demikian peneliti ingin melihat pe-ngaruh metode PBL
terhadap hasil belajar di-tinjau dari motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA SMP kelas VII
G.
KAJIAN TEORITIS
a. Prolem based learning
Salah satu metode pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah metode problem based
learning. Metode ini mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan
analitis, untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai
(Amir, 2010 : 21). Dalam metode problem based learning, sebelum
pelajaran dimulai, siswa diberikan masalah-masalah. Masalah yang disajikan
adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, semakin dekat dengan
dunia nyata, maka akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan pada
siswa. Dari masalah yang diberikan ini siswa kemudian bekerjasama dalam
kelompok, mencoba memecahkan masalah dengan kemampuan yang dimiliki, dan
sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan. Disini peran guru
adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa dalam mencari dan menemukan solusi
dan sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajarannya.
Proses utama
dalam problem based learning terletak pada diri siswa. Variabel dari luar hanya
intruksi yang membantu atau membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah. Hasil
belajar yang diperoleh sukar dilupakan dan dapat dimanfaatkan pada berbagai
situasi yang termasuk dalam kategori tertentu. Kemampuan memecahkan masalah
merupakan hasil belajar yang sangat penting dan harus dikuasai oleh siswa
disamping hasil belajar pada aspek kognitif.
Problem based
learning dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
mengatasi masalah, keterampilan penyelidikan, kemampuan mempelajari peran
sebagai orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri dan independen.
Problem based
learning lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk pengetahuan tertentu.
Pengetahuan riil bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan
oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep
atau kaidah yang diingat siswa, tetapi harus merekonstruksi pengetahuan itu
kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam pemeblajaran ini siswa
harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya dan bergulat dengan ide-ide dan kemudian mampu merekonstruksinya.
Dari beberapa
metode mengajar yang ada, metode problem based learning lebih banyak memiliki
keunggulan, baik dari segi sifat materi, tujuan, serta kemampuan yang dapat
dimiliki siswa.
Karakteristik
metode PBL adalah: (1) pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah yang
mengambang yang berhubungan dengan kehidupan nyata; (2) masalah dipilih sesuai
dengan tujuan pembelajaran; (3) siswa menyelesaikan masalah dengan penyelidikan
auntetik; (4) secara bersama-sama dalam ke-lompok kecil, siswa mencari solusi
untuk me-mecahkan masalah yang diberikan; (5) guru bertindak sebagai tutor dan
fasilitator; (6) siswa bertanggung jawab dalam memperoleh pengetahuan dan
informasi yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja; (7) siswa
mem-presentasikan hasil penyelesaian masalah dalam bentuk produk tertentu.
Produk dalam hal ini adalah berupa suatu pemrograman (Tan (2004:8); Hallinger
dan Edwin (2007:89); Maggi Salvin dan Claire Howell (2004:4); Ibrahim et. al.
(2009:155); Arends (2008:42)).
Menurut Pierce
dan Jones (Rusman 2012:242) kejadian yang harus muncul dalam implementasi PBL
adalah: (1) keterlibatan yaitu mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai
pemecah masalah dengan bekerja sama, (2) inquiry dan investigasi yaitu mengeksplorasi
dan mendistribusikan informasi, (3) performansi yaitu menyajikan temuan, (4)
tanya jawab tujuannya untuk menguji keaku-ratan dari solusi, (5) refleksi
terhadap pemecahan masalah.
Langkah-langkah
metode problem based learning dalam penelitian mata pelajaran Pemrograman
Sistem kendali PLC yaitu :
Langkah-langkah
metode problem ba-sed learning dalam penelitian mata pelajaran Pemrograman
Sistem kendali PLC yaitu :
1. Memberikan
permasalahan kepada siswa dimana permasalahan tersebut berhu-bungan dengan
kehidupan sehari-hari
2. Guru
mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok
3. Guru
membantu siswa mengorganisasi-kan tugas belajar sesuai dengan masalah
4. Siswa
mengumpulkan pengetahuan dan melakukan percobaan sesuai dengan pemecahan
masalah yang diberikan
5. Siswa
mengembangkan dan menyajikan hasil karya yang berupa suatu program.
(Arends (2008:57); Amir (2009:24); Fogarty
dalam Rusman(2012:243); Maastricht dalam Erik dan Anette(2003:659).
b.
Hasil
belajar
Menurut Suprijono (2012:5), hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikapsikap, apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya Supratiknya (2012 : 5)
mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa
kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses
belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari
Bloom yang
secara garis besar yaitu aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotor.
c.
Aktivitas
belajar
Berbuat untuk
merubah tingkah laku melalui perbuatan adalah prinsip belajar. Ada atau
tidaknya belajar dicerminkan dari ada atau tidaknya aktivitas. Tanpa ada
aktivitas, belajar tidak mungkin terjadi. Sehingga dalam interaksi
belajar-mengajar aktivitas merupakan prinsip yang penting.
Penggunaan
metode, pendekatan belajar mengajar dan orientasi belajar menyebabkan aktivitas
belajar setiap siswa berbeda-beda. Ketidaksamaan aktivitas belajar siswa
melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari aktivitas belajar yang
rendah sampai aktivitas belajar yang tinggi.
H. METODE
PENELITIAN
1. Tempat
dan Waktu
Penelitian ini
dilakukan pada siswa SMP/MTS kelas VII pada mata pelajaran IPA. Penelitian ini
dilakukan mulai dari bulan oktober sampai dengan selesai.
2. Rancangan
Penelitian
3. Populasi
dan Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMP N 3 SIAK KECIL kelas VII semester 1.
Sampelnya adalah sebagian dari populasi, yaitu siswa kelas VIIA semester 1 pada
SMPN 3 SIAK KECIL.
4. Sumber Data dan Instrumen
Data primer dimana data
secara langsung diambil pada subjek peneliti (siswa)
5. Teknik
Pengumpulan Data
Jenis penelitian adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif dan dilakukan
dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas.
Penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, yakni (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Setelah melakukan tindakan
refleksi yang mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil
pengamatan proses dan hasil tindakan yang dilakukan, biasanya timbul
permasalahan atau pemikiran yang perlu mendapat perbaikan, sehingga perlu
dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta refleksi
ulang. Tahap-tahap kegiatan ini terus berlangsung sampai
suatu
permasalahan dianggap selesai.
Subjek
penelitian adalah siswa kelas VIIA yang MTs Negeri Donomulyo, Nanggulan, Kulon
Progo semester 1 tahun pelajaran 2012/2013. Sedangkan objek dalam penelitian
ini adalah metode problem based learning untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar pada pokok bahasan wujud zat dan perubahannya.
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Tes merupakan
instrumen pengumpulan data untuk mengukur pengetahuan siswa pada aspek kognitif
mengenai mata pelajaran fisika. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah tes tertulis dalam bentuk pretest dan posttest (soal pretest
sama dengan soal posttest). Tes tertulis dinyatakan dalam bentuk
soal pilihan ganda dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d dengan skor benar
bernilai 1 dan salah bernilai 0.
Observasi merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang
berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan
diteliti. Observasi dalam penelitian ini ditujukan untuk menilai kinerja siswa
dan tingkat aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
metode problem based learning. Observasi pada siswa dilakukan
untuk mengamati aktivitas belajar siswa, aspek afektif, dan aspek psikomotor
yang digunakan untuk memperoleh data kinerja siswa selama kegiatan belajar
mengajar. Format dari penilaian ini berupa rating scale yang dibuat
dalam bentuk checklist. Jadi dalam pengisian penilaian kinerja siswa,
observer hanya memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai
selama proses pembelajaran berlangsung.
Data
yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu menyajikan data
dalam bentuk uraian serta pembahasan berdasarkan hasil penelitian. Data nilai
tes (pretest dan posttest) digunakan untuk mengukur hasil belajar
dari aspek kognitif, maka dilakukan analisis terhadap butir soal dengan rumus :
Keterangan:
KB
= ketuntasan
belajar
T = jumlah skor yang
diperoleh siswa
Tt = jumlah skor
total
Rumus untuk mengetahui aktivitas belajar
siswa, aspek afektif dan aspek psikomotor sebagai berikut [14]:
NP
Keterangan:
NP= nilai persen yang
diharapkan
R = skor mentah yang
diperoleh siswa
SM= kor maksimal tes
Dengan kriteria:
86% - 100%= sangat baik
76% 85% = baik
60% 75% = cukup
55% 59% = kurang
≤ 54% = sangat kurang
Hasil penelitian dari
siklus I, II, dan III menunjukkan adanya peningkatan aktivita belajar siswa dan
hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Persentase
pada setiap aspek yang dinilai
Aspek yang dinilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
Aktivitas
belajar 94,47%
|
70,36%
|
81,42%
|
|
Aspek afektif
97,10%
|
78,99%
|
88,41%
|
|
Aspek
psikomotor
|
85,40%
|
92,93%
|
|
Aspek kognitif
91,30%
|
74,25%
|
73,91%
|
86,96%
|
Dari
tabel di atas terlihat bahwa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal posttest
belum tercapai yaitu ≤ 85%, siklus II dan siklus III sudah memenuhi
kriteria ketuntasan belajar klasikal pretest dan posttest yaitu
≥85%. Meningkatnya aktivitas belajar siswa juga diiringi peningkatan hasil
belajar baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor sehingga tak perlu
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
I. DAFTAR
PUSTAKA
Amir,
M.Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Arends,
Richard. I. (2008). Belajar untuk mengajar. Edisi ke tujuh alih bahasa oleh
helly prayitno dan sri mulyantani prayitnodari judul learning to teach. Seven
edition. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
Barbara.
B. Levin. (2001). Energizing teacher education and profesional development with
problem based learning. United States: ASCD.
Bloom,
B (ed). (1956). Taxonomy of educati-onal objectives: The classification of
educational goals. Handbook 1 cogni-tive domain. New York: David McKay Company.
Dimyati
dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Erik,
D.G., & Anette, K. (2003). Characte-ristics of problem-based learning.
International Journal Engng Ed., 19(5), 657-662.
Glazer,
E. (2001). Problem based instruction from emerging perspectives on learn-ing,
teaching, and technology. Diambil pada tanggal 27 oktober 2016, dari
http://epltt.coe.uga.edu/index.php?title=Problem_Based_Instruction
Suprijono,
Agus. 2012. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Suyono
dan Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar